Piano Hati Rena (MODIFIED MODE)


Guratan merah jingga telah tampak di kaki langit. Sang surya yang seakan – akan malu  menampakkan wujudnya  pun, menandakan jika hari akan berganti petang. Waktu dimana manusia telah usai menjalani rutinitasnya.
            Seperti biasa, keluarga Darmiati selalu meluangkan waktunya untuk berkumpul walau sejenak. Ruang tengah yang selalu mereka pilih untuk melepas kepenatan yang mereka rasakan selama kurang lebih 540 menit. Diselingi canda tawa yang sederhana namun penuh makna, terdapat pembicaraan yang membuat hati Rena senang tak karuan. Pasalnya, keluarga Darmiati akan membeli alat musik piano mengingat seluruh anggota keluarga ini sangat erat hubungannya dengan musik. Musik sudah mendarah daging bagi mereka. Terutama Rena yang saat ini memiliki semangat yang berkobar untuk bisa mahir memainkan instrument itu. Rencananya piano itu akan dikirim pada hari Jum’at. Rena dan kakaknya, Sari bergegas menyiapkan tempat untuk piano itu.
            “Ehmm… Kak, enaknya taruh mana ya..?” ujar Rena sambil menggaruk kepala.
            “Uuhhmm.. Kakak punya ide ! Di kamar kerja Papa kan luas tuh..Gimana kalau kita pakai tempat itu aja ? Lagian kan, Papa sekarang lebih sering kerja sama laptopnya. Mubadzir donk.. kalau ngga’ di pakai. Hehe…”, jawab Sari dengan enjoynya.
            “Yupz..setuju, Kak..! That’s a good idea..!”
            “Of course..”
            Kini Rena pun dapat menggunakan alat musik itu kapan saja sesuai keinginannya. Nada – nada indah terdengar dari dentingan alat musik itu mengiringi datangnya senja. Alunan nada itu mengantarkan hati dalam kedamaian. Hingga mengundang Mama Rena untuk mendatangi ruangan itu. Musik indah indah nan damai pun terhenti sejenak oleh perbincangan hangat antara ibu dan putrinya itu.
            Ibu Darmiati merasa bahwa putri bungsunya itu, mempunyai bakat untuk menjadi pianis yang handal. Sayang sekali, jika tidak diasah. Beliau pun member tawaran pada Rena untuk mengikuti les piano. Namun, Rena menolaknya dengan alas an dia pasti tidak bias ikut kumpul – kumpul dengan teman anggota “Musical Do Re Mi”.
            “Musical Do Re Mi..? Apa itu, Nak ?”,tanya Mama penasaran.
            “Ohh.. itu kelompok musik, Ma. Anggotanya juga dari teman Rena. Kalau ingn masuk kelompok itu, kita harus memenuhi persyaratannya, Ma.”
            “Memangnya, apa persyaratannya, Sayang..?”
            “Banyak sih, Ma. Tapi, Rena memilih 2 syarat dari 25 syarat. Harus jago main piano terus, punya pianonya juga, Ma.”, terang Rena.
            “Oh.. sekarang Mama ngerti. Jadi, kamu sangat setuju untuk membeli piano, hanya karena kamu ingin memenuhi persyaratan itu. Ren.. Ren.. ingat ya, Nak ! Piano ini mahal. Jadi, sebaiknya kamu jangan menyia – nyiakan. Waktumu hanya kau gunakan untuk bermain dan bermain. Mama kira, kamu benar – benar ingin menekuni dunia musik dan mau belajar lebih serius. Tapi, apakah seperti ini caramu agar mendapatkan sesuatu yang kamu inginkan ? Tolong, pikirkan baik – baik, Ren !”
            Seluruh tubuh Rena terpaku dan membisu. Mulut Rena pun terkunci rapat. Dalam benak, ia berfikir : “Hhmm.. yang Mama bilang bener banget. Semua ini akan terasa sia – sia jika piano ini hanya aku gunakan untuk memenuhi persyaratan untuk masuk anggota kelmpok ‘Musical Do Re Mi’. Mungkin aku akan menjadi lebih baik, jika aku menuruti kata – kata Mama. Mama… Rena janji. Rena akan dengan sungguh – sungguh dan pada saatnya nanti, Mama akan tersenyum bangga melihat hasil yang Rena peroleh. Rena yakin akan hal itu, Ma… !”
            Teng… teng… teng… Rena pun melanjutkan permainan pianonya. Jari – jarinya yang mungil merayap diatas balok – balok piano. Not demi not ia mainkan. Hanya seorang diri di ruangan itu, dengan cicak sebagai audiencenya.



 Karya: Sri Izzati
Ditulis kembali oleh            : Siti Kholilah

0 komentar:

Posting Komentar