Latar Belakang
Ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi
ujaran, dan bagaimana menghubungkan serta memisahkan lambang-lambang. Secara
teknis, ejaan adalah aturan penulisan huruf, penulisan kata, penulisan unsur
serapan, dan penulisan tanda baca. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) adalah
ejaan Bahasa Indonesia, ejaan Republik atau ejaan Soewandi. yang berlaku sejak
tahun 1972. Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya.
Bahasa Indonesia dalam sejarah perkembangannya telah menggunakan
beberapa ejaan, antara lain ejaan Van Ophuiysen dan ejaan Soewandi. Akan
tetapi, sejak 1972, tepatnya pada 16 Agustus 1972, telah ditetapkan dan
diberlakukan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) yang diatur dalam Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah.
Apabila pedoman ini dipelajari dan ditaati maka tidak akan terjadi kesalahan
pengejaan kata.
Pada 23 Mei 1972, sebuah pernyataan bersama telah ditandatangani
oleh Menteri Pelajaran Malaysia pada masa itu, Tun Hussien Onn dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Mashuri. Pernyataan bersama tersebut
mengandung persetujuan untuk melaksanakan asas yang telah disepakati oleh para
ahli dari kedua negara tentang Ejaan Baru dan Ejaan Yang Disempurnakan. Pada
tanggal 16 Agustus 1972, berdasarkan Keputusan Presiden No. 57, Tahun 1972,
berlakulah sistem ejaan Latin (Rumi dalam istilah bahasa Melayu Malaysia) bagi
bahasa Melayu dan bahasa Indonesia. Di Malaysia ejaan baru
bersama ini dirujuk sebagai Ejaan Rumi Bersama (ERB). Selanjutnya Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menyebarluaskan buku panduan pemakaian berjudul
"Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan". Pada
tanggal 12 Oktober 1972, Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia, Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, menerbitkan buku "Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan" dengan penjelasan kaidah penggunaan yang
lebih luas. Setelah itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dengan surat
putusannya No.0196/1975 memberlakukan "Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah".
A.
PEMAKAIAN HURUF
a.
Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa
Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama huruf disertakan di sebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b.
Huruf
Vokal
Huruf
yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i,
o,dan u.
Huruf
Vokal
|
Contoh
pemakaian dalam kata
|
||
Diawal
|
Ditengah
|
Diakhir
|
|
A
e
i
o
|
Api
Enak
Emas
Itu
oleh
|
Padi
Petak
Kena
Simpan
Kota
|
Lusa
Sore
Tipe
Murni
radio
|
Dalam pengajaran lafal kata, dapat digunakan tanda
aksen jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
c.
Huruf konsonan
Huruf yang
melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c, d,
e, f, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
ü Huruf c, q, v, w, x, dan y tidak punya contoh di akhir
kata.
ü Huruf x tidak punya contoh di tengah kata.
ü Huruf q dan x digunakan khusus untuk nama dan keperluan
ilmu.
d.
Huruf Diftong
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
e.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa
Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu kh,
ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
f.
Pemenggalan Kata
1)
Pemenggalan kata pada
kata dasar dilakukan sebagai berikut.
·
Jika di tengah kata
ada vokal yang berurutan, pemenggalan itu dilakukan di antara kedua huruf vokal
itu.
·
Jika di tengah kata
ada huruf konsonan, termasuk gabungan huruf konsonan, di antara dua buah huruf
vokal, pemenggalan dilakukan sebelum huruf konsonan.
·
Jika di tengah ada dua huruf konsonan yang berurutan,
pemenggalan dilakukan di antara kedua huruf konsonan itu. Gabungan
huruf konsonan tidak pernah diceraikan.
·
Jika di tengah kata ada tiga buah huruf konsonan atau lebih,
pemenggalan dilakukan di antara huruf konsonan yang pertama dan huruf konsonan
yang kedua.
2)
Imbuhan akhiran dan imbuhan aalan, termasuk awalan yang mengalami
perubahanbentuk serta partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata
dasarnya, dapatdipenggal pada pergantian baris.
3)
Jika suatu kata terdiri atas lebih dari satu unsur dan salah
satu unsur itu dapat bergabungdengan unsur lain, pemenggalan dapat dilakukan
(1) di antara unsur-unsur itu atau (2) pada unsur gabungan itu sesuai dengan
kaidah 1a, 1b, 1c dan 1d di atas.
B.
HURUF KAPITAL
Pemakaian huruf yang lazim dalam bahasa
Indonesia adalah huruf kapital atau huruf besar dan huruf miring, sedangkan
huruf tebal tidak pernah diatur dalam pedoman EYD. Uraian secara rinci tentang
penulisan huruf kapital akan dijelaskan sebagai berikut:
1.
Huruf kapital atau
huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat.
2.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama petikan langsung.
3.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan, nama
Nabi/Rasul, dan kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
4.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang
diikuti nama orang.
5.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang
atau yang dipakai sebagai pengganti nama orang tertentu, nama instansi, atau
nama tempat.
6.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama unsur nama orang.
7.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
8.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa
sejarah.
9.
Huruf kapital dipakai
sebagai huruf pertama nama geografi.
10. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama Negara, lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti
dan.
11. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang
terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen
resmi.
12. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata
ulang sempurna di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada
posisi awal.
13. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan
sapaan.
14. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam
penyapaan dan pengacuan.
15. Huruf
kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti anda.
C.
PENULISAN KATA
1)
Kata
Dasar
Kata yang berupa kata
dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
2)
Kata
Turunan
Ø Ditulis serangkai dengan kata dasarnya: dikelola, permainan
Ø Imbuhan ditulis serangkai dengan kata yang langsung
mengikuti atau mendahuluinya, tapi unsur gabungan kata ditulis terpisah jika
hanya mendapat awalan atau akhiran:bertanggung jawab, garis bawahi
Ø Imbuhan dan unsur gabungan kata ditulis serangkai jika
mendapat awalan dan akhiran sekaligus: pertanggungjawaban
Ø Ditulis serangkai jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi: adipati, narapidana
Ø Diberi tanda hubung jika bentuk terikat diikuti oleh kata
yang huruf awalnya adalah huruf kapital: non-Indonesia
Ø Ditulis terpisah jika kata maha sebagai unsur gabungan
diikuti oleh kata esa dan kata yang bukan kata dasar: maha esa, maha pengasih
3)
Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap
dengan menggunakan tanda hubung : anak-anak, sayur-mayur
4)
Gabungan
Kata
v
Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk,
termasukistilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
v Gabungan
kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian
dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian unsur yang
bersangkutan.
Contoh :
v Ditulis terpisah antarunsurnya: duta besar, kambing hitam
v Dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan untuk mencegah kesalahan
pengertian: alat
pandang-dengar, anak-istri saya
v Ditulis serangkai untuk 47 pengecualian: acapkali, adakalanya, akhirulkalam,alhamdulillah, astagfirullah, bagaimana, barangkali, bilamana, bismillah,beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, darmabakti, darmasiswa,dukacita, halalbihalal, hulubalang, kacamata, kasatmata, kepada, keratabasa,kilometer, manakala, manasuka, mangkubumi, matahari, olahraga, padahal,paramasastra, peribahasa, puspawarna, radioaktif, sastramarga, saputangan,saripati, sebagaimana, sediakala, segitiga, sekalipun, silaturahmi, sukacita,sukarela, sukaria, syahbandar, titimangsa, wasalam
5)
Kata Ganti
o
Ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya: kusapa, kauberi
o
Ku, mu, dan nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya: bukuku,miliknya
6) Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke,
dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan
kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
7) Kata sandang
si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya: sang Kancil, si pengirim
8)
Partikel
·
Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya:betulkah, bacalah
·
Partikel pun ditulis
terpisah dari kata yang mendahuluinya: apa pun, satu kali pun
·
Partikel pun ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya untuk adapun,andaipun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun,meskipun, sekalipun, sungguhpun, walaupun
9)
Singkatan
dan Akronim
a.
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang
terdiri dari atas satu huruf atau lebih.
§ Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan,
atau pangkat diikuti dengan tanda titik.
§ Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraaan, badan atau organisasi , serta nama dokumen resmi yang terdiri
atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan
tanda titik.
§ Singkatan umum yang terdiri dari atas tiga huruf atau
lebih diikuti satu tanda titik.
§ Lambang, kimia, singkatan satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
b.
Akronim
ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
§ Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari
deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf capital.
§ Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf
kapital.
§ Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan
huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
10) Angka dan Lambang
Angka dipakai untuk
menyatakan lambang bilangan atau nomor yang lazimnya ditulis dengan angka Arab
atau angka Romawi.
i.
Fungsi
Ø menyatakan (i) ukuran panjang, berat, luas, dan isi (ii)
satuan waktu (iii) nilai uang, dan (iv) kuantitas,
Ø melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar
pada alamat,
Ø menomori bagian karangan dan ayat kitab suci,
ii.
Penulisan
ü Lambang bilangan utuh dan pecahan dengan huruf.
ü Lambang bilangan tingkat.
ü Lambang bilangan yang mendapat akhiran –an.
ü Ditulis dengan huruf jika dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata, kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan,
seperti dalam perincian dan pemaparan.
ü Ditulis dengan huruf jika terletak di awal kalimat. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
ü Dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca bagi
bilangan utuh yang besar.
ü Tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus
dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
ü
Jika
bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
D. PEMAKAIAN
TANDA BACA
a.
Tanda
Titik (.)
v
Dipakai
pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
v
Dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar (tidak
dipakai jika merupakan yang terakhir dalam suatu deretan).
v
Dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu atau jangka
waktu.
v
Dipakai di
antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya dan
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
v
Dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya (tidak dipakai jika tidak
menunjukkan jumlah).
v
Tidak
dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya.
v
Tidak
dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan
alamat penerima surat.
b.
Tanda
Koma (,)
o
Dipakai di
antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
o
Dipakai
untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang
didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
o
Dipakai
untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu
mendahului induk kalimatnya (tidak dipakai jika anak kalimat itu mengiringi
induk kalimatnya).
o
Dipakai di
belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal
kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun
begitu, akan tetapi.
o
Dipakai
untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain
yang terdapat di dalam kalimat.
o
Dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat (tidak dipakai
jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru).
o
Dipakai di
antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
o
Dipakai
untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
o
Dipakai di
antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
o
Dipakai di
antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari
singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
o
Dipakai di
muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan
angka.
o
Dipakai
untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
o
Dapat
dipakai di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat untuk menghindari
salah baca
c.
Tanda
Titik Koma (;)
ü
Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan lansung dari bagian kalimat yang mengirinya dalam
kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru.
ü
Tanda titik koma sebagai
pengganti kata pengubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat
majemuk.
d.
Tanda
Titik Dua (:)
·
Dapat
dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau
pemerian (tidak dipakai jika rangkaian atau perian itu merupakan pelengkap yang
mengakhiri pernyataan).
·
Dipakai
sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
·
Dapat
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
·
Dipakai
(i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam
kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv)
nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
e.
Tanda
Hubung
§
Dipakai
untuk menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh penggantian baris
(Suku kata yang berupa satu vokal tidak ditempatkan pada ujung baris atau
pangkal baris).
§
Dipakai
untuk menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan
bagian kata di depannya pada pergantian baris (Akhiran -i tidak dipenggal
supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris).
§
Dipakai
untuk menyambung unsur-unsur kata ulang.
§
Dipakai
untuk menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
§
Dapat
dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan
(ii) penghilangan bagian kelompok kata.
§
Dipakai
untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf
kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, (iv) singkatan berhuruf
kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
§
Dipakai
untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing
f.
Tanda
Pisah (-)
ü
Dipakai
untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar
bangun kalimat.
ü
Dipakai
untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
ü
Dipakai di
antara dua bilangan atau tanggal dengan arti 'sampai ke' atau 'sampai dengan'.
ü
Dalam
pengetikan, tanda pisah dinyatakan dengan dua buah tanda hubung tanpa spasi
sebelum dan sesudahnya
g.
Tanda Elipsis (…)
v
Dipakai
dalam kalimat yang terputus-putus.
v
Dipakai
untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang
dihilangkan.
v
Jika
bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah
titik; tiga buah untuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir
kalimat.
h.
Tanda Tanya (?)
o
Dipakai
pada akhir kalimat tanya.
o
Dipakai di
dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang
kurang dapat dibuktikan kebenarannya
i.
Tanda seru (!)
Tanda seru dipakai sesudah
ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ataupun rasa emosi yang kuat.
j.
Tanda kurung ((…))
v
Mengapit
keterangan atau penjelasan.
v
Mengapit
keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
v
Mengapit
huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan
v
Mengapit
angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
k.
Tanda kurung siku
([…])
ü
Tanda kurung siku
mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada
kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa
kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
ü
Tanda kurung siku
mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
l.
Tanda Petik (“…”)
Ø
Mengapit
petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau bahan tertulis
lain.
Ø
Mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam kalimat.
Ø
Mengapit
istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Ø
Tanda
petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung.
Ø
Tanda baca
penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang
mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat
atau bagian kalimat.
Ø
Tanda
petik pembuka dan tanda petik penutup pada pasangan tanda petik itu ditulis
sama tinggi di sebelah atas baris
m. Tanda
Petik Tunggal ('...')
o
Mengapit
petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
o
Mengapit
makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan asing.
n.
Tanda Garis Miring (/)
v
Dipakai di
dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang
terbagi dalam dua tahun takwim.
v
Dipakai
sebagai pengganti kata atau, tiap.
o.
Tanda Penyingkat
(Apostrof) (')
Tanda penyingkat
menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
0 komentar:
Posting Komentar